Timnas Indonesia: Menang dipuji, Kalah dimaki.
(pic: republika.co.id)
Gelora Delta Sidoarjo bergemuruh, September 2013. Ya! Kemenangan pasukan Garuda Muda under nineteen ini disaksikan jutaan pasang mata di seluruh Indonesia. Timnas asuhan Coach Indra Sjafri ini mengukir sejarah baru dengan menjadikan Indonesia sebagai The Champion of AFF U-19 2013. Setelah berpuluh-puluh tahun tertidur, kini Garuda Muda menunjukkan sayap emasnya.
Tak tanggung-tanggung berbagai reward pun diberikan kepada mereka, sang pahlawan kulit bundar. Bermacam kalimat pujian silih berganti ke setiap telinga. Mereka diharapkan untuk menjadi harapan bangsa selanjutnya, dengan target Piala Dunia.
Pemain Timnas asuhan Coach Indra Sjafri ini didatangkan dari berbagai daerah sepanjang Sabang hingga ke Merauke melalui proses blusukan. Berbulan-bulan pelatih yang berhasil menjuarai HKFA dua tahun berturut-turut ini mencari pemain muda berbakat. Sampai akhirnya mereka dipertemukan oleh kostum Garuda di dada dan berhasil keluar sebagai pemenang AFF di tahunnya.
Tim ini adalah tim terfenomenal sepanjang sejarah sepakbola Indonesia. Setelah kemenangannya melewati konflik adu penalti hingga menuntaskannya dengan skor 7-6, mereka dibanjiri hadiah. Mulai dari beasiswa perguruan tinggi, sampai acara umroh bareng ke tanah suci. Uang tunai jutaan rupiah dan pujian dari banyak fans tentunya menjadi penyemangat mereka untuk menuju target selanjutnya.
Berbagai latihan dilakukan. Pertandingan tur keliling nusantara selama dua episode. Tur Timur Tengah sampai tur ke Spanyol. Mendapatkan lagu spesial dari band ternama Indonesia, diterbitkan buku biografi mereka, serta perjuangan hidup mereka masuk Timnas juga diangkat ke film layar lebar. Belum pernah ada pemain Indonesia sepanjang hayat yang mendapatkan reward sebadai ini. Alih-alih supaya menang, justru Timnas ini tidak pada orbit keberuntungannya.
Setelah gagal berlaga di Spanyol dengan embel-embel juara Piala Cotif, Tim Garuda Muda ini terpaksa menderita kekalahan saat ditendang masuk Piala Hassanal Bolkiah di Brunei, Agustus lalu. Inilah hasil dari latihan sana sini dengan ujung kalah di atas tanah tetangga. Miris sekali. Sebelum menang AFF, Tim ini memang tidak pernah terekspos oleh media. Tapi setelah melakukan latihan dengan tur-tur mereka yang Live On Air di TV dan berujung teruploadnya video pertandingan di Youtube, membuat taktik andalan mereka mahir dikuasai lawan. Lawan dengan mudahnya mengakses video dan mempelajari kelemahan serta kekuatan dari tim ini.
Belum selesai menelan pil pahit, kejayaan mereka semakin lumpuh setelah terbukti tidak lolos babak grup di Piala AFC 2014. Tim Garuda Muda harus rela dijadikan sebagai juru kunci klasemen grup dengan perolehan poin nol. Kemanakah pujian 'hebat' untuk mereka? Melayang tertiup angin tanpa sayap yang mereka punya. Geram, Sedih, Kecewa, Kesal dirasakan oleh insan Indonesia. Komentar-komentar tidak sedap, hujatan pedas mendengung di telinga mereka. Dengan rasa sabar dan ikhlas mereka mampu melewatinya. Meskipun tidak semuanya, masih ada pula yang setia dan berpositif thinking untuk kedepannya. Disitulah terlihat mana fans yang tidak karbitan.
Drama ini berlanjut sampai ending. Dan endingnya adalah Indra Sjafri diberhentikan sebagai pelatih Tim Nasional, serta tim yang harus dibubarkan dengan alasan pemain harus dipulangkan ke klub masing-masing dan digantikan dengan Timnas U-19 baru karena memang usia mereka rata-rata sudah pas sembilan belas dan segera berkepala dua.
Komentar
Posting Komentar